The state of web search engine optimization

Saya Aleyda Solis,
SEO Consultant dan Founder di Orainti. Saya diundang tim Search Relations untuk membawakan Search Central
Lightning Talk
ini untuk menyajikan 2020 Web Almanac bab SEO karena saya punya
kesempatan bagus untuk menulisnya dengan Jamie Indigo dan Mike King
yang menakjubkan. STATUS OPTIMASI PENELUSURAN WEB Web Almanac adalah laporan komprehensif tentang keadaan web
yang didukung oleh data sungguhan. Terdiri dari 22 bab yang menghasilkan aspek dari konten halaman
sampai pengalaman pengguna, termasuk SEO. Tujuan dari Web Almanac bab SEO
adalah mengidentifikasi dan menilai konfigurasi dan elemen utama yang berperan
di Optimasi Mesin Telusur Situs.

Analisis Web Almanac pada 2020
didasarkan pada 7,5 juta situs dari dataset HTTP Archive Agustus 2020 dengan mempertimbangkan elemen HTML
mentah dan yang telah dirender. Juga termasuk data dari Lighthouse
dan Laporan UX Chrome. Perlu dicatat, untuk HTTP Archive
dan Lighthouse, datanya terbatas
pada halaman muka situs saja, bukan hasil crawl seluruh situs. Mari bahas beberapa temuan SEO terpenting, dimulai dengan konfigurasi terkait
kemudahan untuk di-crawl dan diindeks. Pada 2019, 72,16 persen situs seluler
memiliki robots.txt yang valid dibandingkan 75 persen pada 2020. Tag metaRobots ditemukan
di 28 persen halaman desktop dan seluler. Menariknya, rendering
mengubah metatag robots di 0,16 persen halaman. Meski persentase ini tak tinggi, tak ada masalah yang melekat
dalam menggunakan JavaScript untuk menambahkan
tag metaRobots ke halaman atau mengubah isinya. SEO harus berhati-hati dengan ini. Kenapa? Karena jika halaman memuat
dengan directive noindex baru di tag metaRobots sebelum rendering, Google Penelusuran,
dan mungkin mesin telusur lainnya, tak akan menjalankan JavaScript
yang mengubah nilai tag atau mengindeks halaman. Di bab 2019, diidentifikasi
bahwa 48,3 persen halaman seluler menggunakan tag canonical. Pada 2020, jumlah halaman seluler yang menampilkan tag canonical
telah berkembang menjadi 53,6 persen. Sebanyak 45 persen tag canonical
halaman seluler merujuk pada diri sendiri, dan 8,5 persen mengarah
ke URL lain sebagai URL canonical.

Sebanyak 52 pesen halaman desktop ditemukan menampilkan
tag canonical pada 2020 dengan 48 persen merujuk
pada dirinya sendiri dan empat persen mengarah ke URL lain. Lebih banyaknya halaman seluler
yang diberi tag canonical bisa dipahami karena situs itu menggunakan
konfigurasi seluler independen. Namun, empat persen halaman desktop
diberi tag canonical bisa dianggap agak terlalu tinggi jika kami pikir ini berasal dari halaman tanpa tag canonical
yang merujuk pada diri sendiri. Saat menganalisis tag canonical
yang diterapkan di HTML mentah dibandingkan yang mengandalkan
JavaScript renderer sisi klien, kami mengidentifikasi
bahwa 0,7 persen halaman seluler dan 0,5 persen halaman desktop
menyertakan tag canonical dalam render, tetapi tidak di HTML mentahnya. Ini berarti hanya ada sedikit halaman yang mengandalkan JavaScript
untuk menerapkan tag canonical. Di 0,93 persen halaman seluler
dan 0,76 persen halaman desktop, kami melihat tag canonical diterapkan
melalui HTML mentah dan yang dirender dengan konflik yang terjadi di antara URL yang ditentukan di HTML mentah
dibandingkan yang dirender dari halaman yang sama. Ini bisa sebabkan masalah
dengan kemampuan diindeks karena informasi campuran
dikirim ke mesin telusur tentang mana URL canonical
untuk halaman yang sama.

Konflik serupa bisa ditemukan
dengan metode implementasi lain dengan 0,15 persen halaman seluler
dan 0,17 persen halaman desktop menunjukkan konflik antara tag canonical yang diterapkan melalui header HTTP
dan header HTML mereka. Bagaimana dengan status optimasi konten? Pada 2020, halaman desktop rata-rata
ditemukan memiliki 402 kata dan halaman seluler memiliki 348 kata. Sedangkan pada 2019, halaman desktop rata-rata
memiliki 346 kata dan rata-rata jumlah kata halaman seluler
agak lebih sedikit, yaitu 306 kata. Ini mewakili pertumbuhan
masing-masing 16,2 persen dan 13,7 persen. Perlu dicatat, lebih banyak konten
belum tentu lebih baik, dan yang penting adalah memenuhi
kebutuhan penelusuran pengguna dengan informasi lengkap yang bermanfaat.

Jika mau pelajari
lebih lanjut tentang topik ini, saya sangat rekomendasikan untuk menonton
obrolan Lily Ray dengan Martin Splitt di episode SEO Mythbusting,
"Apakah lebih banyak konten lebih baik?" Kami menemukan
bahwa situs desktop median menampilkan 12 persen lebih banyak kata
saat dirender daripada di HTML mentahnya. Kami juga temukan
situs halaman seluler median menampilkan konten 13 persen
lebih sedikit daripada di desktop. Situs seluler median juga menampilkan
11,5 persen lebih banyak kata saat render daripada HTML mentahnya. Ini belum tentu menjadi masalah. Namun, meski Google
dan mesin telusur lainnya terus meningkatkan kapasitas
untuk merender dan mengindeks konten JavaScript, beberapa situs akan kehilangan peluang untuk tingkatkan visibilitas
penelusuran organiknya dengan fokus lebih kuat untuk memastikan konten mereka
selalu tersedia dan bisa diindeks. Saat menganalisis penggunaan tag title, kami menemukan 99 persen halaman desktop
dan seluler menampilkannya. Ini menunjukkan
sedikit peningkatan sejak 2019 saat 97 persen halaman seluler
memiliki tag title. Halaman median menampilkan
judul yang panjangnya enam kata dengan jumlah kata yang tak berbeda
antara konten seluler dan desktop. Jumlah karakter judul halaman median adalah 38 karakter di seluler dan desktop. Menariknya, ini naik
dari 20 karakter di desktop dan 21 karakter di seluler
dari analisis 2019.

Saat menganalisis
penggunaan deskripsi meta, kami menemukan 68,6 persen halaman desktop dan 68,2 persen
halaman seluler memilikinya. Meski mungkin di luar dugaan
nilainya rendah, ini sedikit meningkat dari 2019 saat hanya 64 persen halaman seluler
memiliki deskripsi meta. Panjang median deskripsi meta
adalah 19 kata. Perbedaan jumlah kata hanya terjadi
pada persentil ke-19, yaitu konten desktop memiliki
satu kata lebih banyak daripada seluler. Jumlah karakter median
untuk deskripsi meta adalah 138 karakter di halaman desktop
dan 136 karakter di halaman seluler, yaitu kurang dari 160 karakter yang biasanya dibagikan sebagai pedoman
atau referensi dalam praktik terbaik SEO. Mari lihat apakah keadaan
juga membaik dengan link.

Halaman desktop median
memiliki 76 link, sedangkan halaman seluler median
memiliki 67. Halaman median punya 61 link internal, mengarah ke halaman
di situs yang sama di desktop dan 54 di seluler. Ini turun masing-masing 12,8 persen
dan 10 persen dari analisis 2019 dan mungkin menunjukkan
bahwa situs tak memaksimalkan dalam kemampuan
meningkatkan kemudahan di-crawl dan aliran keseimbangan link di halamannya seperti pada tahun sebelumnya. Halaman median tertaut
ke situs eksternal tujuh kali di desktop
dan enam kali di seluler. Ini menurun dari tahun 2019 saat angka median
link eksternal per halaman adalah sepuluh di desktop
dan delapan di seluler. Menurunnya link eksternal ini
bisa menunjukkan bahwa situs sekarang lebih berhati-hati
saat menautkan ke situs lain, baik agar popularitas link tak terkalahkan atau agar tak merujuk pengguna ke sana.

Ada kesenjangan antara link
di halaman seluler dan desktop yang akan berdampak negatif pada situs
karena Google makin berkomitmen ke pengindeksan mobile-only,
bukannya mobile-first. Ini diilustrasikan dalam 62 link
di seluler versus 68 link di desktop untuk halaman web rata-rata. Sebanyak 28,6 persen halaman menyertakan
atribut rel="nofollow" di desktop dan 30,7 persen di seluler. Namun, penggunaan rel="ugc"
dan rel="sponsored" cukup rendah, yaitu kurang dari 0,3 persen halaman
memiliki salah satunya. Karena atribut ini tak menambah
nilai lebih bagi penayang daripada rel="nofollow", masuk akal untuk menduga
tingkat penggunaan akan terus lambat.

Namun, penting untuk disebutkan
bahwa atribut-atribut ini menambahkan informasi semantik
yang bisa digunakan Google. Jadi, disarankan untuk memanfaatkannya. Visibilitas link
untuk framework JavaScript utama yang digunakan untuk aplikasi satu halaman
meningkat drastis dibandingkan tahun 2019. Dengan menguji link navigasi seluler
untuk URL hash, kami menyelesaikan minus 53 persen
kejadian link yang tak bisa di-crawl dari situs menggunakan React, minus 58 persen lebih sedikit
dari situs yang didukung Vue.js, dan minus 91 persen pengurangan
dari aplikasi satu halaman Angular. Apa status data terstruktur? Sebagai bagian dari pemeriksaan kami, kami melihat tingkat kejadian
dari berbagai markup struktur. JSON-LD telah menjadi format yang disukai. Itu muncul di 29,8 persen halaman seluler
dan 30,6 persen halaman desktop. Sebanyak 38,6 persen dari halaman desktop dan 39,3 persen dari halaman seluler
menampilkan JSON-LD atau data terstruktur format mikro
di HTML mentah, sedangkan 40,1 persen
halaman desktop dan seluler menampilkan data terstruktur
dalam DOM yang dirender. Saat meninjau ini lebih detail, kami menemukan 1,5 persen halaman desktop dan 1,8 persen halaman seluler hanya menampilkan
jenis data terstruktur ini di DOM yang dirender
karena transformasi JavaScript mengandalkan kemampuan mesin telusur
untuk menjalankan JavaScript. Sebanyak 4,5 persen halaman desktop
dan 4,6 persen halaman seluler menampilkan data terstruktur
yang muncul di HTML mentah dan kemudian diubah
oleh transformasi JavaScript di DOM yang dirender.

Bergantung pada jenis perubahan
pada konfigurasi data terstruktur, ini akan membuat mesin telusur
bingung saat merendernya. Juga, meski ulasan tak seharusnya
dikaitkan dengan halaman beranda, data menunjukkan bahwa AggregateRating digunakan pada 23,9 persen halaman seluler dan 23,7 persen halaman desktop. Menarik juga untuk melihat
pertumbuhan data terstruktur VideoObject. Penggunaannya tumbuh
30,11 persen di desktop dan 27,7 persen di seluler. Pertumbuhan objek ini
merupakan indikasi umum dari meningkatnya
penggunaan data terstruktur. Ada juga indikasi bahwa apa yang Google
beri visibilitas di fitur penelusuran meningkatkan tingkat insiden
dari objek yang jarang digunakan. Google mengumumkan bahwa objek FAQPage, HowTo, dan QAPage adalah peluang untuk mendapat visibilitas
di Penelusuran pada 2019, dan mereka terus tumbuh signifikan
dari tahun ke tahun. Markup FAQPage tumbuh
3.261 persen di desktop dan 3.000 persen di seluler.

Markup HowTo tumbuh 605 persen
di desktop dan 623 persen di seluler. QAPage tumbuh 167 persen
di desktop dan 192 persen di seluler. Perlu diingat, data ini
belum tentu mewakili tingkat pertumbuhan yang sebenarnya karena benda-benda ini biasanya
ditaruh di halaman internal. Apakah situs siap untuk update
pengalaman halaman? Saat menganalisis Data Web Inti, desktop terus menjadi platform
yang performanya lebih baik bagi pengguna meski lebih banyak pengguna
di perangkat seluler. Sebanyak 33,1 persen situs mendapatkan nilai Data Inti Web
yang bagus untuk desktop dan hanya 20 persen di perangkat seluler yang lulus penilaian Data Web Inti. Dari perspektif keamanan,
77,4 persen halaman desktop dan 73,2 persen halaman seluler
telah menggunakan HTTPS.

Ini naik 10,4 persen dari 2019. Perlu dicatat bahwa browser menjadi
lebih agresif dalam mendorong HTTPS dengan memberi sinyal
bahwa halaman tak aman saat Anda mengunjunginya tanpa HTTPS. Juga, HTTPS saat ini merupakan persyaratan untuk memanfaatkan protokol
yang performanya lebih tinggi, seperti HTTP /2. Semua ini kemungkinan berkontribusi
pada tingkat penggunaan yang lebih tinggi tahun demi tahun. Dari perspektif mobile-friendly,
42 persen halaman seluler dan juga 42 persen halaman desktop memiliki metatag viewport
dengan konfigurasi yang benar. Namun, 11 persen halaman seluler
dan 16,2 persen halaman desktop tak menyertakan tag itu sama sekali, menunjukkan bahwa mereka
belum tentu mobile-friendly.

Kami menemukan
bahwa 80,3 persen halaman desktop dan 83 persen halaman seluler menggunakan konfigurasi CSS
height,width,
atau aspect-ratio, artinya banyak halaman
yang memiliki fitur responsif. Di sisi lain, situs desktop
yang punya versi seluler terpisah disarankan untuk menautkannya
menggunakan tag rel="alternate" di head HTML-nya. Hanya 0,64 persen
halaman desktop yang dianalisis ditemukan menyertakan tag ini dengan nilai media yang ditentukan. Begitu banyak data. Seperti Anda lihat, beberapa area
sudah membaik, tetapi yang lain tidak. Mari rangkum. Konsisten dengan temuan
dan simpulan pada 2019, mayoritas situs punya
halaman desktop dan seluler yang bisa di-crawl dan diindeks dan memanfaatkan
konfigurasi dasar terkait SEO. Penting untuk menyoroti
bahwa visibilitas link untuk framework JavaScript utama
yang digunakan untuk aplikasi satu halaman meningkat drastis dibandingkan tahun 2019. Selain itu, kami juga mengidentifikasi
bahwa ada sedikit peningkatan dari temuan tahun 2019
di banyak area yang dianalisis. Misalnya, robots.txt. Pada 2019, 72,2 persen halaman seluler
memiliki robots.txt yang valid dibandingkan 75 persen pada 2020.

Tag canonical. Pada 2019, kami mengidentifikasi
bahwa 48 persen halaman seluler menggunakan tag canonical dibandingkan 54 persen pada 2020. Data terstruktur. Meski ulasan tak seharusnya
dikaitkan dengan halaman beranda, data menunjukkan bahwa AggregateRating naik 24 persen
di halaman seluler dan desktop. Penggunaan HTTPS. Sebanyak 77,4 persen halaman desktop dan 73 persen halaman seluler
telah menggunakan HTTPS. Ini naik 10,4 persen dari 2019. Namun, tak semuanya membaik
selama setahun terakhir. Halaman desktop median
mencakup 61 link internal, sedangkan halaman seluler
median memiliki 54. Ini turun masing-masing
13 persen dan 10 persen dari 2019. Selain itu, 5,6 persen halaman desktop
tak berisi link internal, begitu pula enam persen halaman seluler.

Meski penggunaan perangkat seluler naik
dan Google beralih ke indeks mobile-first, temuan berikut bisa berdampak negatif saat Google menyelesaikan migrasi
ke indeks mobile-first pada Maret 2021. Sebanyak 10,8 persen halaman seluler
dan 16,2 persen halaman desktop tak menyertakan tag viewport sama sekali, menunjukkan mereka belum mobile-friendly. Perbedaan penting ditemukan
di halaman seluler dan desktop, seperti perbedaan
link seluler dan desktop, diilustrasikan dalam 62 link di seluler dibandingkan 68 link di desktop
untuk halaman web median.

Sebanyak 33,1 persen halaman desktop
mendapat skor Data Web Inti yang bagus, sedangkan hanya 20 persen
halaman selulernya yang lulus penilaian Data Web Inti, menunjukkan bahwa desktop terus menjadi platform yang performanya
lebih bagus bagi pengguna. Kesenjangan juga ditemukan
di HTML yang dirender dan yang tidak. Halaman seluler median menampilkan
11,5 persen lebih banyak kata saat dirender daripada di HTML mentahnya, menunjukkan ketergantungan pada JavaScript
sisi klien untuk menampilkan konten.

Temuan ini menunjukkan bahwa mesin telusur
terus berkembang dalam kapasitasnya untuk meng-crawl, mengindeks,
dan menjalankan situs secara efektif. Beberapa konfigurasi SEO yang terpenting sekarang juga dipertimbangkan
dengan lebih baik. Namun, banyak situs
di seluruh web yang masih kekurangan visibilitas penelusuran penting
dan peluang pertumbuhan yang juga menunjukkan kebutuhan
yang terus-menerus akan penyebaran SEO dan penggunaan praktik terbaik
di seluruh organisasi. Terima kasih banyak atas perhatian Anda, Semoga temuan ini membantu Anda
membuat prioritas upaya pengoptimalan
penelusuran organik Anda tahun ini. Seperti Anda lihat, web membutuhkan SEO. Jika ada pertanyaan atau komentar, jangan ragu untuk meninggalkannya di sini. Terima kasih banyak. Sampai jumpa. MEMBUAT SITUS RAMAH TELUSUR.

Belajar SEO Lebih Dalam Menjadi SEO Specialist

Add a Comment

Your email address will not be published.

Name - City
Membeli Product Time